A. ARTI PEMBENTUKAN AKHLAK
Menrurut sebagian ahli, akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia
sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau di usahakan (ghair muktasabah).
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.2kelompok yang mengatakan ini umumnya datang dari ulama-ulama islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu Miswakaih, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dll termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah).
Pada kenyataan di lapangan, usaha pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnyahormat kepada kedua orang tua, dan sayang kepada semua makhluk Tuhan. Dan begitu pun sebaliknya, jika seorang anak tidak di bina maka dia akan melakukan perbuatan-perbuatan tercela.
Keadaan pembinaan ini semakin terasa di perlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada alat te;ekomunikasi. Peristiwa yang baik atau yang buruk dapat dengan mudah dilihat melalui berbagai media. Demikian pula produk obat-obatan terlaang, minuman keras, dan pola hidup materialistik dan hedonistik semakin menggejala. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.
Akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Pembentukan akhlak dapat di artikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan di laksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
B. METODE PEMBINAAN AKHLAK
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilhat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadisnya beliau menegaskan “innama buitsu li utammima makarim al-akhlak” (HR.Ahmad) (Hanya saja aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus di dahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Hasil analisis Muhammad al-Ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasulnya sudah dapat di pastikan akan menjadi orang yang baik.
Selanjutnya Rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat 5 waktu. Shalat yang di kerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar. Dalam Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melsanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin dan seterusnya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.
Rukun Islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.
Rukun Isam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi di bandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam Rukun Islam lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji adalah ibadah dalam Islam yang bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu di samping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.
Hubungan antara rukun Iman dan rukun Islam terhadap pembinaan akhlak sebagaimana di gambarkan diatas, menunjukkan bahwa pembinaan akhlak yang di tempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk di arahkan pada pembinaan akhlak.
Cara lain yang dapat di tempuh dalam pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang di lakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, uyaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.
Dan cara lainnya dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula di lakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya, mereka lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Hal ini pernah dilakukan para ulama dimasa lalu. Mereka menyajikan akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rasul, anjuran beribadah dan berakhlak mulia dan lainnya.
C. FSKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer. Pertama aliran Nativisme, kedua aliran Empirisme, dan ketiga aliranKonvergensi.
Menurut aliran Nativisme faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lainnya.
Selanjutnya menurut aliran Empirisme, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang di berikan.
Sedangkan dalam aliran Konvergensi pembentukan akhlak di pengaruhi oleh faktor ineernal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang di buat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Aliran yang ketiga, yakni aliran Konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran Islam.
manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari.
Kesesuaian teor Konvergensi tersebut juga sejalan dengan hadis Nabi yang yang artinya: “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR.Bukhari).
Dan di dalam hadis Nabi banyak dijumpai anjuran agar orang tua membina anaknya. Misalnya hads yang berbunyi: “Didiklah anakmu sekalian dengan tiga perkara:mencintai nabimu, mencintai keluarganya dan membaca al-Qur’an, karena orang yang membawa (hafal) al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, di hari tidak ada perindunga kecuali perlindungannya, bersama para nabi dan kekasihnya.” (HR.al-Dailami dari Ali).
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang di ajarkan akan terbentuk pada diri anak.
D. MANFAAT AKHLAK YANG MULIA
Al-Qur’an dan al-Hadis banyak sekali memberi informasi tentang manaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki meupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.al-Nahl, 16:97).
Ayat tersebut dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak yang mulia, yang dalam hal ini berimandan beramal saleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahal yang berlipat ganda di akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia itu adalah keberuntungan hidup di dunia dan akhirat.
Selanjutnya di dalam hadis juga banyak dijumpai keterangan tentang datangnya keberuntungan dari akhak. Keberuntungan tersebut di antaranya:
1. Memperkuat dan menyempurnakan agama
2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
3. Menghilangkan kesulitan
4. Selamat hidup di dunia dan akhirat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar